Ulasan Buku: Marissa Mayer, Upaya Penyelamatan Yahoo bersama Oscar de La Renta
Saya jatuh cinta pada sosok Marissa Mayer ketika melihat dia di Majalah Vogue (tentu online) dengan baju Oscar de La Renta dan laptop di tangan tahun 2009. Marissa Mayer buat saya adalah contoh perempuan pintar, pekerja keras tingkat dewa yang juga cantik, punya selera fashion yang chic dan punya power. Ketika itu, foto Marissa berbalut Oscar de La Renta di Majalah Vogue menjadi salah satu rujukan saya on what kind of professional woman I want to be.
Ketika Marissa Mayer menjadi CEO Yahoo, sebuah perusahaan teknologi yang menurut saya sudah kehilangan relevansinya di saat ini, saya sangat ingin tahu apa saja sepak terjangnya. Keinginan tahu saya dijawab sedikit di buku “Marissa Mayer and The Fight to Save Yahoo!”. Nicholas Carlson, sang penulis, kendati tidak mendapatkan akses langsung ke Marissa, tim Marissa di Yahoo juga keluarganya, bisa menuliskan secara detil –bahkan kadang terlalu detail sehingga menjemukan– proses pertempuran di Yahoo dari masa awal ketika Yahoo masih kaya raya dan perjalanannya dengan rangkaian CEO sebelum Marissa. Imajinasi Nicholas terutama untuk beberapa ungkapan langsung (direct quote) luar biasa dan terus terang tidak saya percaya penuh.
Saya awam terhadap kehidupan di perusahaan macam Google dan Yahoo. Membaca buku ini memberikan gambaran betapa kompetitifnya bekerja di perusahaan seperti itu. Karena kompetisinya sudah sangat tinggi, ekosistem yang terbangun bukanlah saling mendukung tetapi saling mencari selamat.
Ketika Marissa Mayer masuk ke Yahoo, moral di kantor itu sedang melemah. Marissa, dengan kapasitas teknis yang tinggi dan model manajemen yang sangat hands on terutama terkait dengan pengembangan produk merombak cara kerja Yahoo. Kalau CEO sebelum Marissa terbatas pada membuat strategi atau menyetujui strategi yang diajukan ke mereka lalu memastikan ada orang-orang yang tepat untuk melakukan implementasi, tidak demikian dengan Marissa. “She was the CEO who, on her first day on the job, set up her computer for coding,” kata buku itu.
Di tahun pertama Marissa, dia berhasil meningkatkan moral dan semangat para pekerja Yahoo. Mereka bekerja keras, membuat banyak sekali produk walaupun tidak ada yang breakthrough seperti iPod, dibanding dengan masa sebelum Marissa datang. She has her eyes in detail for every product. Dalam pendapat saya, relatif micromanaging.
Kendati moral membaik dan mereka bekerja super keras terutama memperkuat divisi Internet mobile nya. Tapi diluar mereka, ada kompetitor seperti iPhone juga Google ada Android yang menyelesaikan persoalan Internet mobile dengan jauh lebih baik. Yahoo tertinggal.
Sebagai CEO Yahoo, Marissa Mayer perlu belajar hal lain yang tidak sama dengan apa yang sudah dilakukannya selama 13 tahun di Google. Dan ini diluar dugaan dia. Dia harus belajar keuangan terutama sistem keuangan untuk membuat saham Yahoo bisa diselamatkan. Karena akuntabilitas Marissa bukan hanya kepada para staff nya di Yahoo tetapi para pemegang saham. Hanya satu hal yang dipedulikan para pemegang saham itu; harga saham yang naik.
Beberapa bab buku ini menceritakan soal sejarah singkat Alibaba.com serta bagaimana dia berpengaruh terhadap perkembangan Yahoo. Tahun 21014, ketika Alibaba menawarkan saham perdananya Marissa punya dua pilihan. Pertama adalah menjual semua saham Yahoo di Alibaba dan ini menandakan dia percaya Yahoo akan berkembang diluar Alibaba atau kedua, menjual sebagian saham Yahoo di Alibaba. Pilihan kedua ini menujukkan bahwa dia tidak percaya diri bahwa saham Yahoo akan berkembang pesat. Marissa memilih yang kedua.
Ternyata pilihan ini bukan pilihan yang tepat. Saham Yahoo makin mangkrak.
Di akhir buku, Nicholas menuliskan bahwa Yahoo memang tidak bisa diselamatkan oleh siapapun CEO nya. Dia membuat daftar semua CEO Yahoo sebelum Marissa dan prestasi yang mereka miliki diluar Yahoo. Persoalan Yahoo terletak pada relevansi teknologinya. Yahoo menjawab persoalan global di waktunya. Yahoo awalnya adalah direktori situs yang mempermudah navigasi di Internet. Dengan adanya Google dan atau teknologi lainnya, Yahoo menjadi tidak relevan.
Empat hari lalu sebelum kajian ini dituliskan, Yahoo mengeluarkan pengumuman menutup lima kantornya di Dubai, Mexico City, Buenos Aires, Madrid dan Milan. Yahoo kembali berjuang mempertahankan esensinya di dunia ini. Marissa Mayer belum berhenti bekerja.
featured image: https://www.gloria.hr/incoming/marissa-mayer-naslovna.png/5530711/alternates/LANDSCAPE_480/marissa-mayer-naslovna.png
ulasan yang bagus mbak. Sekitar dua tahun lalu saya baca sedikit awal buku ini di business insider. Marissa Mayer is The CEO of her own. Caranya menyelamatkan Yahoo betapapun kerasnya tak akan membuat Yahoo selamat. Saya melihat bahwa Yahoo sebagai direktori memang sudah jauh tertinggal dibandingkan Google. Usia yang sudah tua tidak bisa dipungkiri sebagai sebab tidak lahirnya inovasi untuk melanjutkan kepopuleran Yahoo di masa awal internet. Mereka jauh tertinggal secara teknologi yang kini lebih dimiliki oleh Google. Orang-orang pintar lebih memilih Google atau facebook. Tinggallah Yahoo tanpa penolong. By the way, meski terpuruk kunjungan ke Yahoo masihlah bagus. Itu artinya masih banyak orang yang cinta terhadap ikon awal internet ini.
Kamu jagoan banget deh Erick.
Ngeri ya teknologi. From zero to hero and back to hero again in a blink of an eye.