Setelah menjalani semua proses yang saya rasa berat itu, saya kemudian menemukan beberapa coping mechanisms yang membantu saya menjalani hari. Apa sih coping mechanisms? Buat saya, coping mechanisms adalah mekanisme yang bisa membuat saya bisa berfungsi dengan stabil serta bisa mengambil keputusan dengan waras. Coping mechanisms ini membuat saya bisa menjalani hari dengan relatif baik dan yang penting, berfungsi.
“Data pribadi warga negara Indonesia akan dilindungi begitu Indonesia punya UU Pelindungan Data Pribadi,” demikian banyak orang bicara saat menanggapi beragam kasus data pribadi –terutama saat ada kebocoran (atau diasumsikan kebocoran) di Indonesia. Apakah benar begitu? Saya rasa tidak semulus itu. Belajar dari pemberlakukan General Data Protection Regulation di Uni...
Kebetulan, saya lagi menulis tugas sekolah soal tanggung jawab intermediary atau perantara ranah Internet. Untuk kemudahan, dalam blogpost ini dispesifikkan ke platform digital saja*. Tugas ini terasa relevan terutama saat Pemerintah memutuskan untuk membatasi akses ke media sosial. Saya tergelitik menulis ini karena curi dengar percakapan dua satpam di depan...
Security and privacy often seen as two different sides of a coin. It is perceived as two separate issues where one could not make both choices at the same time, like either or thinking. In this scenario, when one chooses security, one must let go privacy and the other way...
Memasuki tahun 2017, saya mengambil beberapa keputusan atas urusan yang tertunda. Terlalu lama tertunda sehingga price to pay was (or still is) very high. Dalam proses menjalani keputusan serta konsekuensinya, rasanya kewarasan stabil sulit dicapai. Sementara, sebagai Ibu bekerja, maka fungsionalitas itu harus dijaga. Berat sekali rasanya. Dalam proses menjaga...
Pertama adalah, kok halamannya sedikit? Ketika download saya berharap mendapatkan sebuah dokumen panjang nan serius yang membahas detil mayoritas dimensi di OTT. Tapi ternyata, hanya 14 halaman. Kok pendek? Kelihatan jadi tidak serius membahas banyak hal yang menjadi perhatian.
Setiap malam, kami sekeluarga punya ritual bersyukur. Kebiasaan ini dimulai sekitar satu tahun lalu, awalnya karena saya dan suami melihat anak-anak sering menyepelekan “keberuntungan” mereka dan mulai menunjukkan tanda menuju anak yang “gengges” (atau mengesalkan, seperti … bertindak macam tuan putri). Suami saya kemudian mengusulkan untuk membuat ritual bersyukur dengan menyebut hal-hal yang paling disyukuri hari ini.
Facebook punya posisi yang sangat jelas terhadap LGBT, seperti bagaimana sikapnya terhadap ucapan kebencian. Tahun lalu, Facebook, Nike, American Airlines dan General Mills telah menyatakan sikap untuk anti diskriminasi terhadap LGBT di dunia kerja. Facebook juga mendukung keputusan Mahkamah Agung di Amerika untuk pernikahan sejenis. Lalu apakah salah? Tentu tidak. Facebook berbadan hukum Amerika dan mengikuti standar serta Undang undang di Amerika dimana semua hal ini adalah legal.