Menjaga Waras (II)

Hello, long time no see. Kapan terakhir nulis di blog? 2020. Ya ampun, hidup berjalan sangat cepat ya.

Saat ini saya mau menulis kelanjutan dari Menjaga Waras yang saya tulis di tahun 2017. Tulisan ini cukup banyak yang baca ternyata. Walaupun (tentu saja), dengan produktifitas penulisan saya yang minim ini, jumlah pembaca juga minim. 😊

Di usia yang sudah tidak muda ini saya mengalami banyak proses hidup yang tidak mudah. Terutama di saat pandemi Covid 19 serta pekerjaan yang saya lakukan. Life was (or is) full of challenges. Never a dull moment.

Setelah menjalani semua proses yang saya rasa berat itu, saya kemudian menemukan beberapa coping mechanisms yang membantu saya menjalani hari. Apa sih coping mechanisms? Buat saya, coping mechanisms adalah mekanisme yang bisa membuat saya bisa berfungsi dengan stabil serta bisa mengambil keputusan dengan waras. Coping mechanisms ini membuat saya bisa menjalani hari dengan relatif baik dan yang penting, berfungsi.

Pertama adalah meditasi. Saya senang melakukan meditasi. Meditasi buat saya bukanlah mengosongkan pikiran. Tetapi membuat pikiran menjadi lebih teratur karena fokus di satu pikiran saja. Biasanya saya melakukan beberapa hal dalam meditasi seperti memperhatikan napas, berdoa atau juga berterimakasih serta menyapa semua bagian tubuh. Baik pikiran, otak, mata, hidung, mulut, lambung, dan semua yang saya rasa perlu diperhatikan. Meditasi yang saya lakukan biasanya 12 sampai 20 menit. Tergantung pada tingkat stress dan beratnya persoalan yang saya hadapi. Semakin berat, biasanya meditasi lebih lama karena meredakan pikiran gaduh tidaklah mudah.

Kedua adalah memelihara rasa syukur. Saya dengan sadar menuliskan rasa syukur saya dan itu bisa kapan saja. Tetapi dalam seminggu, saya harus menuliskan semua rasa syukur saya. Menurut saya, memelihara rasa syukur adalah survival kits luar biasa dalam hidup. Bersyukur secara sadar dan dilakukan terus menerus membuat threshold of happiness saya jadi tipis. Artinya, saya jadi lebih mudah bahagia. Minum kopi enak sudah bahagia. Makan ayam kremes sudah bahagia. Dengar anak-anak saya tertawa di kamar juga bikin saya bahagia. Tidur solid 4 jam pun sudah bikin saya bahagia (daripada tidak tidur sama sekali). Apakah ini berarti pasrah yang berlebihan dan menerima semua kenyataan hidup yang pahit? Bisa juga. Belum terpikir ke arah itu.  

Ketiga adalah menulis jurnal. Saya sudah melakukannya selama 6 tahun dan sungguh menyenangkan. Kita bisa jujur dengan apapun di tulisan itu, tidak ada sensor, tidak bakal kena UU ITE. Semua aman. Safe space. Karena saya hanya menuliskan rasa saya ke tulisan, membuatnya jadi lebih visible dan kemudian membantu saya mengatur rasa saya setelah itu. Kadang ketika saya at the lowest low, saya suka menulis yang jelek sekali sampai saya malu membacanya lagi. Tetapi penulisan itu membantu saya untuk mengungkap secara aman.

Keempat adalah olahraga atau jalan pagi di kasus saya. Sudah enam tahun saya rajin bergerak. Jalan pagi adalah fondasi hari saya. I can high or low moments but one thing for sure, my morning walk. Hari sebelumnya adalah hari yang tidak oke karena pekerjaan sulit, menerima banyak penolakan, teman kerja yang sedang tidak oke, besoknya jalan pagi. Hari sebelumnya adalah hari baik karena proposal diterima, banyak pujian, persoalan kerja menipis, anak-anak manis, esoknya tetap jalan pagi. Jalan pagi dimana saja dan apapun yang terjadi. Kalau hujan, tunggu sampai reda. Kurang tidur, kurangi jumlah langkahnya. Kalau diluar kota dan rapat mulai jam 7.30 pagi, minta buka gym jam 6 pagi. Pokoknya jalan pagi.

Olahraga adalah obat anti depresan gratis yang paling baik yang bisa kita lakukan. At your lowest low, cobalah untuk bergerak. Kalau pikiran kita tidak bisa diatur, cobalah untuk memelihara fisik kita.

Saya percaya bahwa manusia punya 3 bagian penting dalam dirinya. Body, mind and soul. Masing-masing harus dijaga dengan baik. Body lewat jalan pagi, olahraga yang rutin juga makan baik. Mind lewat meditasi, journaling dan menjaga rasa syukur. Terakhir adalah soul. Soal ini, mekanisme saya adalah sholat dan berdoa. Saya percaya benar dengan kebesaran Allah dan betapa Allah bisa membalikkan nasib seseorang dengan sangat mudah. Sebagai muslim yang besar di sekolah Katolik, saya hanya bisa beberapa doa standard dan mungkin kalau dievaluasi banyak salahnya. Tetapi saya sering rindu sholat dan bicara sama Allah saya. Berdoa dan sholat adalah mekanisme kelima saya.

Hidup itu sebenarnya sangat rentan. Hidup kita bisa berubah dengan sangat cepat dalam hitungan detik. Tidak ada yang abadi di hidup ini. Jabatan, umur, anak-anak, keluarga, kekayaan, kesehatan, semuanya bisa hilang dalam sesaat. Tetapi juga semua bisa didapat dengan sangat cepat. Life is very fragile. Tetapi kita juga harus ingat, manusia juga adalah mahluk yang kuat dan punya daya lenting yang tinggi. At the end of the day, we can survive.

Aih, senangnya bisa menulis di blog lagi. Saya akan nulis lagi ah nanti! Terima kasih sudah membaca ya…

  • March 2, 2023