London dan Demonstrasi
Perjalanan pendek saya ke London di 25- 27 Maret 2011 seperti sabbatical di tengah sabbatical, alias hiatus ditengah hiatus alias refreshing di tengah refreshing. Menyenangkan karena saya hampir tidak cek e-mail, tidak menyentuh komputer dan menghabiskan waktu menikmati kota London yang sangat penuh dan sibuk.
Saya ditemani sama Mirta Amalia, mahasiswa PhD di Manchester Institute of Research Innovation. Selain sebagai tour guide andalan, Mirta ini juga jagoan bikin saya ketawa padahal wajahnya sungguh serius.
Dalam minggu itu Inggris memang sibuk untuk persiapan demonstrasi terkait dengan pemotongan budget yang disiapkan oleh PM David Cameron. Hari Selasa dan Kamis, misalnya Universitas Manchester praktis tidak ada kelas. Sebagian besar dosen ‘strike’ halus dengan cara tidak masuk kantor. Pintu utama di gedung-gedung kampus ditutup sehingga kami harus lewat jalan kecil. Saya sebenarnya sedikit berharap melihat ada aksi-aksi cukup heboh di sekitar kampus, tetapi yang saya lihat adalah kerumunan-kerumunan kecil. Mereka mungkin memilih untuk tidak bekerja sebagai strike mereka.
Di London, waktu demo besar itu terjadi saya sedang tidak berada di tengah kota. Jalanan memang macet sekali, banyak jalur kereta yang ditutup sehingga kita harus berputar setengah kota agar bisa sampai ke tujuan. Menurut Mirta, demonstrasi di London memang biasanya ditandai dengan penutupan jalan.
Menjelang malam, kami mampir ke Trafalgar Square dan Downing Street tempat dimana demonstrasi berlangsung (walaupun akhirnya kami tahu demonya ada di Hyde Park). Menurut koran, ada sekitar 250 ribu orang berkumpul dari beragam kota dan profesi yang menuntut Cameron untuk tidak melakukan pemotongan budget, terutama untuk pensiun, dana pendidikan, dana untuk pelayanan publik. Kira-kira, gara-gara pemotongan ini, uang sekolah di Manchester bisa naik sampai 3 kali lipat atau maximum sekitar 9,000 Pounds. Di koran Mancunion kemudian disebut bahwa Board of Governors sepakat untuk menaikkan tuition fee di Universitas Manchester per tahun 2012. Gila.
Saya sempat memotret beberapa spanduk, flyers, stiker yang dibawa oleh demonstran. Seru dan tak kalah heboh dengan Indonesia. Bedanya, UK tidak mengakui penggunaan KUHP untuk pencemaran nama baik. 🙂
Demonstrasi ini sepertinya tidak akan berhenti sampai disini. University and College Union (UCU) yang sebagian besar anggotanya adalah dosen dan mahasiswa tidak akan berhenti berjuang. Tagline yang mereka perjuangkan adalah, “Education is a right, not a privilege”. Ah, coba ke Indonesia. We are experiencing the feeling of education is part of capitalist system rather than state’s obligation.#end