Ketidaksopanan Televisi

Sembari menjaga dan menidurkan Nayya saya lihat tiga televisi swasta; dua nasional dan satu lokal. TVOne, Metro TV dan JakTV. Isi siaran yang saya lihat tentu yang terkait dengan gempa di Padang dan atau berita umum soal Jakarta.

Dalam beberapa menit saya menonton televisi itu, saya mendaftar ada beberapa ketidaksopanan dan atau penyalahgunaan airtime yang dilakukan tiga televisi swasta itu.

Di Metro TV misalnya, secara terus menerus menanyangkan soal tampilnya Surya Paloh di pasar calon ketua umum Golkar, termasuk dukungan dari ratusan kantor cabang Golkar. Hal yang sama dilakukan juga di TV One, tapi kandidatnya beda, Aburizal Bakrie.

Itu masalah pencalonan pemilik media. Lain lagi kalau soal kepentingan pemilik atau grup pemilik seperti …

JakTV yang secara khusus menayangkan bantuan yang diserahkan Artha Graha Grup di Padang. Well, please, kalau mau PR-ing grup mbok ya cari jalan lain (misalnya sponsorin piala dunia).

Ada juga bentuk ketidaksopanan seperti …

TVOne yang mengklaim sebagai saluran TV yang pertama kali menyiarkan dampak gempa, pertama kali menyiarkan respon gempa. Wah, saya rasa PR-ing semacam ini jadi backfire buat TVOne karena orang (mungkin nggak semua orang) jadi nggak lagi respek. Kalau mau PR-ing, sebaiknya yang tidak terkait dengan bencana. There is no such thing as blessing in disguise when there are hundreds of people died. Kalau mau PR-ing, mungkin di isu yang lebih sopan seperi sponsoring pertandingan bola atau yang lain. Kalaupun mau PR-ing soal yang ‘pertama kali meliput gempa’ better do it in the media circle. Sebarkan saja buzzword ‘pertama kali meliput’ itu di kalangan wartawan, via kantor berita, via media gathering, via editor’s club. Don’t do it in public.

Semoga di masa depan para televisi swasta lebih sadar atas airtime nya. Semakin bijak menggunakan airtime karena frekuensi yang mereka pakai adalah ranah publik.

Well, i have to go back to Nayya.

Ciao!

image source: Soonios Pro dari Pexels

  • October 4, 2009