Hak Perempuan atas Sepatu*

Kepergian saya ke Timor Leste minggu lalu membawa banyak berkah. Terutama karena bisa mengingatkan saya kenapa saya musti kerja di bidang ini dan kedua membuat saya bersyukur atas akses yang mudah atas sepatu.

Hah, sepatu? Ya. sepatu.

Sepatu favorit, flat shoes. Perempuan Timor Leste berhak atas sepatu ini kan?

Sesampainya saya di Dili, saya check in di Hotel Dili. Disana saya bertemu dengan Angie, salah satu resepsionis-nya. Angie itu manis dan baik sekali. Dia mengantar saya dan teman ke kamar kami. Dalam perjalanan ke kamar, saya sangat kaget karena sepatu yang dipakainya sudah sobek dan sol nya sudah lepas. Sepanjang perjalanan dari ruang resepsionis ke kamar, saya dan teman saya saling berpandangan dan merasa kejadian sepatu sobek ini sangat menyayat hati.

Sangat menyakitkan karena saya adalah city girl yang cinta sepatu. Jumlah sepatu saya sepertinya sudah lebih dari 10 pasang. Kualitasnya beragam dari yang harga pasar murah sampai harga mall. Tapi jangan pikir saya sangat kaya ya karena saya belum bisa beli sepatu Manolo Blahnik atau Miu Miu, kemahalan.

Semalam di Dili, keesokannya saya ke Los Palos, distrik yang jaraknya 6 jam dari Dili. Disana saya ketemu dengan Manna Lica, satpam perempuan yang menemani saya menghabiskan malam. Salah satu topik bahasan, tentu saja soal SEPATU. Menurut dia, akses mendapatkan sepatu sangat sulit. Harga sepatu berkualitas baik di Timor Leste, apalagi distrik seperti Los Palos bisa tiga kali lipat. Kualitas sepatu terbaik yang dia pernah miliki adalah Spotec, dari Indonesia. Dia memuji sepatu buatan Indonesia karena awet. Harga sepatu buatan Indonesia di Los Palos bisa sekitar 30 USD padahal penghasilan rata-rata disana sekitar 100 USD.

Tidak adil.

Sepertinya, we, women who love shoes, who have access to good shoes, have to do something. Buat saya, akses ke sepatu bagus adalah hak asasi manusia (tolong jangan debat soal konsumerisme).  Buat saya, setiap perempuan punya hak untuk punya akses ke sepatu bagus.

Ini bukan berarti livelihood access nya tidak penting ya. Saya tidak menyarankan perempuan di Timor Leste mendahulukan beli sepatu ketimbang makanan bernutrisi buat mereka (atau anak mereka) karena ada banyak hal yang lebih penting. Kalau diminta memilih memeriksakan kesehatan reproduksi dengan membeli sepatu tentu saya lebih dukung pilihan pertama.

Tapi, bukan berarti perempuan tidak bisa senang juga kan?

Jadinya, saya punya inisiatif untuk mengirimkan sepatu-sepatu saya ke Timor Leste. Awal Januari 2011 nanti saya mau mengirimkan beberapa pasang sepatu saya ke Angie dan Manna Lica. Mungkin kebesaran buat mereka, tetapi saya berharap mereka bisa membaginya ke teman perempuan lain.

Apakah ada yang mau gabung? Yuk, kita berbagi sepatu. Tentu saja sepatu yang masih bagus ya.  Sepatu yang bisa membantu mereka berjalan cukup jauh, tersenyum dan terlihat chic. Karena, mereka punya hak untuk akses ke sepatu bagus.

Soal pengiriman biar saya yang mikir. Kemungkinan harus nitip koper orang yang kesana karena kalau kirim barang ke Timor Leste, harus ada yang ambil dan biasanya mereka harus bayar. Jadi, lebih efisien kalau kita titip orang.

"Women who love shoes, Unite!"

"Women who love shoes, Unite!"

Yuk! Come on, shoes lovers! We should unite to do something for women who have limited access to good shoes!

Saya tunggu yaaaaaaaa…

*Inspired by Carrie Bradshaw di Sex and The City
*Tinggalkan pesan di posting ini juga email. Nanti kita berhubungan yaaa…

  • December 6, 2010