Genosida di Jalan Raya
Di jalan raya Jakarta, semakin sering saya melihat orang tua naik sepeda motor dengan anaknya dan lebih dari satu anak di satu motor. Dari penglihatan saya, kalau di jalan raya, rata-rata komposisi pemakaian helm adalah para orang tua pakai helm sementara anak-anaknya tidak. Jalan sedikit ke kompleks perumahan atau bukan jalan utama maka komposisi helm makin ajaib. Tidak ada yang pakai helm dan lebih menakjubkan lagi, para anak-anak itu berdiri. Baik berdiri di jok penumpang atau berdiri di depan.
Saya adalah pelanggan ojek dan anak-anak saya (dibawah 10 tahun) sering beraktivitas dengan ojek. Tapi bukan sembarang ojek, karena tukang ojek yang saya pakai harus punya sensitifitas terhadap keamanan dan tertib di jalan. Anak-anak saya punya helm dan maksimum 1 anak 1 motor. Kalau tukang ojek itu harus bolak balik antar jemput anak-anak saya, so be it.
Membiarkan anak-anak di motor tanpa helm apalagi berdiri di motor buat saya adalah genosida di jalan raya. Genosida adalah pembunuhan sistemik untuk satu ras dan suku tertentu bisa juga untuk agama atau kepercayaan tertentu. Kita, para orang tua yang membiarkan anak-anak ini tumbuh tanpa konsep keselamatan di jalan raya sedang berkontribusi pada pembunuhan sistemik di jalan raya.
Kita membiarkan budaya tidak peduli keselamatan sendiri kepada anak-anak itu dan jangan kaget, sekitar 10 tahun lagi, setelah mereka besar maka akan makin banyak kecelakaan dan kematian di jalan raya.
Logika bodohnya begini. Anak-anak ini dibiasakan untuk tidak peduli pada keselamatan. Dia tidak akan memahami bahwa naik sepeda motor itu harusnya duduk karena memang ada alasan keseimbangan bahwa dia harus duduk. Buat dia, karena di masa kecilnya dia boleh berdiri di sepeda motor maka semua kalkulasi keselamatan di sepeda motor tidak lagi penting.
Anak-anak itu kemudian dengan logika yang sama akan sangat lalai pada semua unsur keselamatan di jalan raya. Kalau dia harus lawan arus, sebodo amat. Maka jumlah kendaraan yang melawan arus di Jakarta akan meningkat 1000* kali lipat. Kalau dia harus menyeberang jalan raya tanpa jembatan penyeberangan, emang kenapa? Kan lama lewat jembatan. Maka jangan heran kalau tingkat kecelakaan orang yang menyeberang jalan dengan cara bahaya meningkat 1000* kali juga.
Kalau dia harus naik kapal laut yang sudah penuh dan akan sangat bahaya bila kelebihan muat maka di otak mereka adalah emang gue pikirin. Di pesawat pakai safety belt karena bahaya? Kata siapaaaa… wong cuman duduk aja, apa bahayanya? Dia nggak akan tahu dan nggak akan peduli bahwa turbulensi bisa mengangkat tubuhnya ke langit langit pesawat dan lehernya bisa patah.
Semua kalkulasi soal pentingnya keselamatan dirinya dan orang lain, TIDAK PEDULI.
Di kepala anak-anak itu, sudah ditanamkan secara tidak sadar oleh para orang tuanya bahwa YANG PENTING SAMPAI. Bahwa kita harus melawan semua peraturan dan lalai pada semua faktor keselamatan, TIDAK PENTING.
Jadi, nantikan saja. Satu dekade lewat dan anak-anak yang berdiri di motor serta tidak pakai helm ini akan meningkatkan 1000* kali lipat korban di jalan raya atau moda transportasi lainnya.
Saya cuma berharap agar di saat satu dekade itu, sudah ada brainwash masal lewat semua media soal pentingnya keselamatan. Kalau tidak maka genosida lebih banyak lagi di jalan raya akan jadi hal biasa.
#selesai
*tentu saja ini tanpa data akurat. Intinya, saya hanya ingin menggarisbawahi peningkatan luar biasa di beragam kecelakaan ini.
** tulisan yang mirip bisa dilihat di: https://nicooliver.wordpress.com/2012/08/
Mbak,
Di Pekanbaru lebih parah, jalan utama kota (semacam sudirman thamrin di Jakarta) masih ada yg tidak pakai helm.
Beberapa tempat malah motor berani lawan lajur dan tanpa helm tentunya.
Mungkin kita harus membiasakan anak-anak pakai helm sejak mulai belajar sepeda, naik turun tangga pegang handrail dll
Biasakan budaya keselamatan sejak kecil.
Sekedar pemikiran saja.
Ngeri ya. Makin lama, orang makin tidak punya sensitifitas terhadap keselamatan dan akan makin memuncak satu dekade dari sekarang. Sekarang saja, misalnya, 9 dari 10 terburuk maskapai terburuk ada di Indonesia. Dibanding Afrika aja kita kalah. Ngeri.
Ini beritanya: http://www.dream.co.id/dinar/10-maskapai-terburuk-dunia-9-dari-indonesia-160106v.html