FAQ: HIV/AIDS dan ARV
(tulisan dirangkum oleh Aditya Wardhana)
Apakah HIV dan AIDS itu
- HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah sebuah virus yang menyerang kekebalan tubuh manusia dengan merusak sel darah putih (CD4) dalam tubuh orang yang diinfeksinya. Dengan rusaknya sel darah putih maka tubuh akan kesulitan menahan infeksi yang disebabkan oleh virus, bakteri maupun kuman lain yang masuk ke dalam tubuh sehingga tubuh orang yang bersangkutan akan rentan terkena penyakit.
- AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) adalah sekumpulan gejala penyakit yang timbul dikarenakan tubuh seseorang sudah rusak system kekebalan tubuhnya karena infeksi HIV dan sangat mudah terkena infeksi penyakit.
Apakah ARV itu?
- ARV (Anti Retro Viral) adalah sebuah obat yang digunakan dalam terapi bagi ODHA (Orang Dengan HIV dan AIDS) dengan tujuan menekan jumlah HIV sehingga virus ini tidak secara signifikan merusak kekebalan tubuh orang yang telah terinfeksi oleh virus ini.
Apakah ARV efektif?
- ARV telah terbukti secara ilmiah efektif dalam meningkatkan kualitas hidup ODHA. ODHA yang mengkonsumsi ARV secara teratur telah terbukti dapat bertahan hidup lama dengan tingkat kesehatan yang tinggi. ARV bahkan menunjukkan efektivitasnya pada ODHA dengan menekan kadar HIV dalam tubuh hingga tingkat tidak terdeteksi oleh alat-alat tes sehingga penggunaan secara teratur dalam kerangka upaya pencegahan penularan HIV telah mulai dipertimbangkan.
- ARV juga menjadi salah satu faktor yang memberikan gambaran baik terhadap infeksi HIV sehingga orang-orang tidak takut untuk memeriksakan kondisi tubuhnya terkait infeksi HIV dan mampu secara lebih dini mendapatkan akses perawatan yang dibutuhkan bila ternyata ia terinfeksi HIV.
- ARV telah menjadi sebuah simbol bahwa HIV dan AIDS bukanlah penyakit yang tidak ada obatnya dan pasti menimbulkan kematian cepat bagi orang yang terinfeksi HIV.
Apa sajakah jenis ARV itu?
- ARV terbagi menjadi beberapa golongan. Yang paling popular adalah digolongkan dalam beberapa tingkatan lini. Lini di sini dimaksudkan untuk memberikan pilihan bagi ODHA ketika ARV yang dikonsumsinya tidak cocok atau sudah menjadi kebal dalam menekan kadar HIV dalam tubuh. Jadi ketika ARV lini pertama sudah tidak efektif lagi menekan kadar HIV maka yang bersangkutan harus berganti ARV lini kedua.
Dari manakah ARV yang selama ini beredar di Indonesia?
- ARV yang selama ini beredar adalah versi Generik. Jumlah terbesar di import dari India dan selanjutnya yang berasal dari Kimia Farma. Dana pembelian berasal dari Global Fund (donor AIDS) untuk ARV generik India dan APBN untuk ARV Generik Kimia Farma.
Apakah yang menyebabkan ARV itu menjadi kebal?
- ARV menjadi kebal dikarenakan beberapa faktor. Salah satu factor terbesarnya adalah ARV tidak diminum secara teratur. ARV harus diminum secara teratur setiap harinya dengan mengikuti pola jam minum yang ketat. Ketidak tepatan waktu meminum ARV akan menimbulkan potensi besar terjadinya kekebalan pada tubuh ODHA sehingga ARV tidak lagi efektif dan yang bersangkutan harus berpindah lini ARV berikutnya. Jadi ketersediaan ARV secara teratur menjadi salah satu kunci keberhasilan terapi ARV bagi ODHA.
Bagaimanakah sejarah ARV di Indonesia?
- ARV pertamakali masuk ke Indonesia pada tahun 1997. Pada tahun itu, Pokdisus (Poliklinik Pendidikan Khusus) AIDS RSCM mengimport langsung ARV namun harganya tidak terjangkau oleh mayoritas ODHA. Pada tahun 2001, bertepatan dengan ditandatanganinya Deklarasi Komitment UNGASS, beberapa jenis ARV generic telah mulai masuk ke Indonesia meskipun harganya pun masih tetap mahal, mencapai lebih dari satu juta rupiah untuk setiap bulannya sesuai kondisi ekonomi saat itu.
- Tahun 2003 PT Kimia Farma meluncurkan produk ARV buatan dalam negeri untuk pertama kalinya. Hal ini kemudian diperkuat dengan keluarnya Peraturan Presiden mengenai Lisensi Wajib ARV pada tahun 2004 dan penyediaan ARV di subsidi penuh oleh pemerintah. Peraturan mengenai lisensi wajib ini mencakup 2 jenis ARV yaitu Lamivudine dan Nevirapine dan kemudian ditahun 2007 ditambah dengan satu jenis ARV yaitu Efavirenz.
- Meskipun harga obat ARV generic produksi Kimia Farma lebih mahal bila dibandingkan dengan ARV generic buatan India ( ) namun kehadiran ARV buatan dalam negeri telah memutus ketergantungan Indonesia terhadap luar negeri untuk mengatasi masalah AIDS di dalam negeri dan memotong rantai distribusi sehingga rantai distribusi ARV di Indonesia menjadi lebih pendek.
- Pada tahun 2010 ini diperkirakan ada lebih dari 18.000 ODHA yang mengkonsumsi Arv generic ini.
- Lisensi wajib ARV yang dikeluarkan berdasarkan Peraturan Presiden terkait Lisensi Wajib ARV, (Lihat ) akan berakhir di tahun 2011 untuk jenis nerirapine, 2012 untuk lamivudine dan 2013 untuk Efavirenz.
Apakah Lisensi Wajib itu?
- Lisensi wajib adalah sebuah mekanisme legal pengambilalihan paten yang dilakukan oleh suatu Negara demi kemaslahatan masyarakat di Negara tersebut. Hal ini diatur dalam butir-butir kesepakatan “Doha Declaration / Deklarasi DOHA” yang berisi fleksibilitas TRIPS sehingga hak paten bias gugur bila sebuah Negara mengeluarkan lisensi wajib.
Apa keuntungan Lisensi Wajib?
- Dengan adanya lisensi wajib maka sebuah Negara boleh memproduksi atau mengimport sebuah produk generic dan cukup membayar royalty yang murah kepada pemilik patent. Akibatnya harga jual produk generic tersebut akan jauh lebih murah disbanding membeli versi patentnya.
- Lisensi wajib à ARV : Dana dari Global Fund atau APBN tentu saja akan lebih berdampak bila dibelikan ARV Generik yang lebih murah ini sebab bisa untuk mendukung lebih banyak ODHA dalam mengkonsumsi ARV.
Apa yang terjadi jika lisensi wajib tidak diperpanjang?
- Bila peraturan lisensi wajib ini tidak diperpanjang, maka Indonesia akan menemui kesulitan dalam memproduksi ARV generik dan mengimport ARV generik. Aturan mengenai perdagangan bebas internasional akan menjadi hambatan bagi Indonesia dalam memproduksi dan mengimport ARV generik ini jika payung hukumnya tidak tersedia.
Apa yang kita harapkan dilakukan pemerintah di tahun 2011?
- Kita berharap agar pemerintah mengeluarkan lisensi wajib ARV yang isinya perpanjangan lisensi wajib 2007 serta memasukkan ARV lini 2 untuk mengakomodir kebutuhan 18.000 ODHA di Indonesia.