Antara Motherhood, Fatherhood dan Parenthood
Marissa Mayer, CEO Yahoo, melahirkan tanggal 30 September 2012. Dia tidak berencana untuk mengambil cuti melahirkan karena dia langsung bekerja. Gara-gara keputusan dia ini, kembali, diskusi soal motherhood, working mom dan work life balance kembali mencuat.
Belakangan ini anak saya yang pertama lebih sering protes karena menurut dia, “Bunda terlalu banyak punya urusan.” Sebenarnya urusan saya sepertinya sama saja dengan beberapa tahun lalu, tetapi dia memang sudah lebih kritis dan lebih besar untuk meminta perhatian orang tuanya.
Saya sebut orang tua ya. Bukan hanya Ibu.
Bulan lalu saya traveling cukup padat. Di satu hari, saat saya harus travel hari Sabtu, anak saya yang pertama protes berat. Dia menangis dan teriak, meminta saya untuk tetap tinggal di rumah. Saya harus tetap pergi karena sudah janji dengan penyelenggara, tetapi saya percepat pulang saya. Saya pulang di hari yang sama. Sepanjang jalan, saya menyesal dan menangis.
Apakah saya jahat? Apakah hal yang sama akan dialami suami saya juga bila dia diperlakukan yang sama oleh anak pertama saya?
Terus terang saya masih dalam proses dialog dengan diri saya dan keluarga soal bagaimana membuat hidup lebih balance antara pekerjaan, keluarga, anak-anak dan sahabat. Dan dialog ini belum selesai dan akan selalu berjalan.
Tapi belakangan saya hanya percaya beberapa hal dan saya ingin kedua anak perempuan saya mengerti beberapa nilai yang saya anggap penting untuk mereka pahami nantinya…
Bahwa Bunda adalah seseorang yang juga punya keinginan. Bunda boleh punya ambisi. Dan ini juga berlaku pada Ayah. Bahwa sebagai individu setiap orang bebas punya ambisi. Bunda dan Ayah punya tanggung jawab pada Kakak dan Adek. Bahwa ada skala prioritas dalam hidup Bunda dan Ayah, itu perlu dilakukan karena ada Kakak dan Adek yang juga perlu perhatian. Tetapi itu adalah tugas bersama Ayah dan Bunda, bukan hanya salah satu.
Bahwa tugas membesarkan dan merawat keluaga bukanlah hanya tugas seorang Ibu. Itu tugas orang tua. Pembagian tugas yang disesuaikan dengan skala prioritas keluarga itu adalah pembagian tugas orang tua, bukan hanya salah satu pihak. Tidak ada yang perlu dikorbankan; keinginan Bunda atau keinginan Ayah. Hal yang perlu dilakukan adalah membuat prioritas. That’s what grown-ups do, make priority.
Being a woman does not stop you. Be brave, girls. Sky is your limit. Do not stop dreaming and imagining. Saya bilang ke anak saya yang pertama saat dia bertanya, perbedaan pekerjaan laki-laki dan perempuan. Jawaban saya adalah, “Tidak ada bedanya. Kakak bisa jadi apapun yang Kakak mau. Selama itu baik dan Kakak lakukan secara serius. Put your dreams high. Reach the sky.”
The quest towards finding the meaning of parenthood (not only motherhood and fatherhood) is a never ending journey. Go with it and you will find your ways. And I thank my husband for sharing these parenthood responsibilities pretty much equally with me. Hope we can survive…